Rabu, 23 Februari 2011

PENS Buat Nano Satelit Rp 20 M

Hidayatullah.com--Sebuah satelit berbobot sepuluh kilogram siap diluncurkan 2013 nanti. PENS ITS sebagai penggagas penggarapan satelit bersama lima perguruan tinggi negeri lain mengungkapkan perkembangan satelit yang sudah digarap sejak 2009 lalu. Tak tanggung-tanggung, proyek ini bernilai Rp 20 M.

Ketua Tim proyek satelit PENS, Dr Ir Endra Pitowarno MEng menunjukkan nano satellite yang sudah dalam bentuk mock up. Dengan bentuk yang cukup mungil, satelit tersebut siap diluncurkan paling cepat 2013 nanti. “Ya, seperti ini yang nanti diluncurkan ke luar angkasa,” katanya. Menurut Endra, proyek satelit inimerupakan proyek nasional gagasan PENS yang digarap bersama lima universitas di Indonesia. Diantaranya adalah UI, ITB, UGM, ITS dan
juga PENS, serta ditambah dengan LAPAN sebagai pihak ahli.

Dosen yang akrab disapa Epit ini menjelaskan bahwa proyek satelit tersebut merupakan proyek jangka panjang. Penggarapannya pun dilakukan secara bertahap. Sepanjang tahun ini penggarapan setelit ini dilakukan agar satelit dapat berfungsi sebagai emergency communication. Di mana jika pada saat komunikasi terputus karena ada bencana alam misalnya, komunikasi bisa tetap berjalan dengan menggunakan satelit ini.

“Sedang untuk tahun depannya akan dikembangkan surveylance payload,” lanjut Epit. Program tersebut yaitu pemasanagan kamera resolusi tinggi pada satelit agar bisa melakukan pengindraan jarak jauh sampai ke dalam permukaan bumi.

Masing-masing perguruan tinggi mempunyai tugas tersendiri dalam menyelesaikan nano satellite ini secara utuh. Universitas Indonesia misalnya, bertugas menyelesaikan communication payload. UGM bertugas menggarap On Board Data Hand Link (OBDH). Sedang ITS yang dalam hal ini jurusan Teknik Elektro bertugas menggarap ground station atau stasiun satelit di permukaan bumi.

“PENS kebagian Attitude Determination on Control Satelite (ADCS),” terang dosen yang sudah mengabdi sejak 24 tahun silam ini.

Lebih lanjut, satelit ini nantinya akan diluncurkan 67O kilometer mdpl. Satelit tersebut juga akan mengorbit bertolak belakang dengan arah rotasi bumi. Jika bumi berotasi dari barat ke timur, maka satelit ini akan mengorbit dari utara ke selatan.

“Hal ini untuk menghindari satellite selalu mendapatkan sinar matahari sebagai sumber energinya,” terang Epit.

Hal ini berarti ada saat-saat ketika satelite berada tepat diatas wilayah Indonesia, dan begitu pula sebaliknya. Itulah tugas PENS sebagai penanggung jawab pengerjaan ADCS. “Tugas PENS membuat system control untuk mengatur sikap setelite ketika berada tepat di atas wilayah negara kita,” ujarnya.

Jika satelit berada di luar wilayah Indonesia, satelit ini dibiarkan
saja mengorbit, yang ini merupakan salah satu upaya penghematan
energi. Maklum, satelit mungil dengan bobot sepuluh kilogram ini hanya
menampung daya sekitaran 25 watt saja.

Epit menaksir biaya pembuatan sekaligus peluncuran satelit ini
membutuhkan dana sekitar Rp 20 M. Namun nilai tersebut sebanding
dengan fungsi yang nantinya bisa diberikan oleh satelit yang bisa
beroperasi hingga dua tahun ini. “Selain untuk komunikasi, juga bisa
sebagai sarana pertahanan juga. Satelit ini sekaligus cikal bakal
penguasaan teknologi dirgantara,” kata dosen yang akrab dengan bidang
robotika ini.

Sebagai rencana default, satelit berukuran nano ini akan diluncurkan
lewat roket India atau China. Karena ukurannya yang kecil, satelit ini
cukup diluncurkan dengan piggy back pada roket. *

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons